Senin, 29 Oktober 2012

Yosefa Alomang

Yosefa Alomang. Perempuan Papua asal Amungme biasa dipanggil Mama Yosefa. Dikenal gigih berjuang melawan pencemaran lingkungan hidup yang dilakukan oleh Freeport di Timika Irian Jaya. Selama lebih dari 20 tahun ia bekerja untuk mengatasi kehancuran lingkungan hidup, ekonomi dan budaya yang diakibatkan puluhan tahun kegiatan pertambangan. Pada tahun 1994, Mama Yosefa mengumpulkan sekeranjang limbah lingkungan dan membuang limbah itu kehadapan Direktur Freeport Moffet dan Mayjen Prabowo Subianto dimuka umum. Akibatnya ia ditahan dengan tuduhan memberi makan kepada pejuang Papua yang menolak kedaulatan Indonesia. Ia dikunci di dalam sel polisi selama 1 minggu dengan air bercampur kotoran manusia tanpa makanan dan minuman. Mama Yosefa ditahan, disiksa dan diinterogasi selama 6 minggu. Pelanggaran ini baru diketahui setahun sesudahnya, ketika gereja Katolik dan organisasi non-pemerintah menerbitkan laporan yang mengurai perlakuan kejam terhadap Mama Yosefa dan banyak orang lain. Tahun 1996, Mama Yosefa menjadi juru bicara Amungme dan Kamoro dalam pertemuan antara CEO Freeport dan masyarakat setempat. Freeport berjanji akan memberi 1% laba bersih Freeport bagi masyarakat setempat, namun perusahaan tidak bersedia mengubah sistem produksinya yang merusak lingkungan. Orang Amungme dan Kamoro menuntut pertanggungjawaban dan pengakuan sebagai manusia dengan tujuan dapat menguasai kembali hak-hak mereka atas tanah dan memastikan kelangsungan hidup mereka sebagai komunitas. Dalam perjuangannya Mama Yosefa juga harus berhadapan dengan situasi daerah operasi militer (DOM) dan tradisi yang sangat patriarkis. Tahun 2001 Mama mendirikan HAMAK (Hak Asasi Manusia Anti Kekerasan), kelompok perempuan yang bergiat di bidang HAM, pelestarian lingkungan, budaya tradisional dan aksi bersama. Pada 24 April 2001, ia memperoleh The Goldman Enviromental Prize 2001, sebuah penghargaan prestisius bidang HAM dan lingkungan hidup dari Amerika . Pada penganugerahan Yap Thiam Hien Award 1999, Mama Yosefa memilih tidak hadir. Menurutnya, lebih baik ia menerima penghargaan itu di Papua supaya masyarakat turut merasakan makna penghargan ini bagi perjuangan haknya. Dalam suratnya ia menyatakan, salah satu alasan mengapa ia memilih tidak datang adalah untuk memprotes mahalnya tarif penerbangan.
Logo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar