Surabaya: Sekitar
90 persen telepon seluler milik siswa Sekolah Menengah Atas atau
sederajat di Surabaya menyimpan foto jorok ataupun film porno. Itu
terungkap dari penelitian lembaga swadaya masyarakat Hotline Pendidikan
Surabaya.
Ketua Hotline Pendidikan Jawa Timur Isa Ansori
menjelaskan survei yang ia lakukan mengambil sampel 12 sekolah di
jenjang pendidikan SMA dan sederajat se-Kota Surabaya. Jumlah responden
yang disurvei sebanyak 700 siswa, terdiri atas putra 350 dan putri 350.
Adapun metode yang dipakai ialah melalui wawancara serta mengisi angket
pertanyaan dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju
dan tidak setuju.
Beberapa kisi-kisi jawaban yang digunakan
pensurvei antara lain adalah ; 1. Saya punya handphone, 2. Handphone
saya ada gambar dewasa dan film dewasa, 3. Saya pernah melihat film
dewasa dan gambar dewasa di handphone, 4. Selain dari handphone saya
melihat film dewasa dan gambar dewasa di internet.
Dari
survei tersebut diperoleh kesimpulan bahwa 100 persen responden memiliki
telepon genggam. Sedangkan terkait kepemilikan gambar dan film dewasa
diketahui bahwa di 92 persen telepon seluler siswa putra terdapat konten
dewasa dan film dewasa, sedangkan untuk siswa putri mencapai 87 persen.
"Secara keseluruhan 90 persen ada konten porno di handphone mereka,"
kata Isa.
Terhadap poin "pernah melihat film atau gambar
dewasa", sebanyak 97 persen siswa putra menyatakan pernah melihat dan 92
persen siswa putri mengatakan hal yang sama. Sehingga secara
keseluruhan 95 persen siswa putra dan putri pernah melihat hal tersebut.
Adapun tentang pernah tidaknya melihat konten porno di
internet, 97 persen siswa putra menyatakan pernah, sedangkan untuk siswi
87 persen. "Artinya 92 persen melihat konten porno di internet," ujar
Isa.
Menurut Isa survei dilakukan pada awal Agustus-12
September 2012 bersamaan dengan sosialisasi penanganan permasalahan anak
yang digelar oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Surabaya. Bagi
Isa, temuan fakta itu cukup mengejutkan. "Perlu menjadi perhatian
bersama agar kepemilikan handphone untuk siswa sekolah dipakai untuk
hal-hal positif," kata Isa.
Isa menduga fenomena serupa
tidak hanya terjadi pada siswa jenjang SMA. Di jenjang SD dan SMP, kata
dia, sangat mungkin sekali terjadi hal serupa. Sebab, secara emosional,
keingintahuan anak-anak serta remaja terhadap hal-hal berbau porno
sangat tinggi. "Peran orang tua sangat penting untuk mengawasi putra
putrinya," ujar dia.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya
Ikhsan menyatakan hasil survei itu menjadi peringatan tidak hanya bagi
Pemerintah Surabaya namun juga orang tua serta sekolah. Karena itu untuk
meminimalkan penyimpangan, Ikhsan akan mengambil kebijakan terkait
penggunaan telepon genggam di lingkungan sekolah. "Siswa dilarang bebas
bawa handphone ke sekolah, karena mengganggu konsentrasi belajar," kata
Ikhsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar